Mahasiswa di Desa Bojongkulur, Kabupaten Bogor, telah menciptakan gebrakan luar biasa dengan mengubah limbah tahu dan kotoran sapi menjadi biogas dalam waktu singkat. Inisiatif ini tidak hanya menciptakan energi alternatif yang ramah lingkungan tetapi juga memberikan solusi bagi masalah limbah di desa tersebut.
Awalnya, proses produksi biogas memakan waktu yang cukup lama, sekitar 30 hari, dan ini menjadi hambatan utama dalam mengadopsi energi alternatif ini. Namun, dengan kolaborasi antara PT Pertamina (Persero), Pertamina Foundation, dan Universitas Pertamina (UPER), mahasiswa sebagai penggerak utama, telah berhasil mengembangkan reaktor biogas yang efisien.
Desa Bojongkulur terkenal karena produksi tahu yang melimpah, tetapi pengelolaan limbah tahu belum optimal. Melalui riset dan kerja keras, limbah tahu kini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas. Prosesnya melibatkan pencampuran limbah tahu dengan kotoran sapi untuk mengaktifkan bakteri dalam reaktor biogas. Dengan bantuan panel surya sebagai pemanas, proses ini dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat.
Hasilnya, produksi biogas mencapai 1,7 meter kubik, dua kali lipat lebih cepat dari teknologi konvensional. Biogas yang dihasilkan telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan dua rumah tangga dan akan diperluas untuk produksi tahu di desa tersebut.
Langkah ini mendapat dukungan penuh dari Universitas Pertamina, yang mengarahkan mahasiswa untuk menjadi agen perubahan dalam masyarakat. Diharapkan, inisiatif seperti ini akan mendorong perkembangan lebih lanjut dalam pemanfaatan energi alternatif dan pengelolaan limbah secara berkelanjutan.
Bagi yang tertarik untuk bergabung dalam perjalanan pendidikan yang inovatif di Universitas Pertamina, informasi lebih lanjut dapat ditemukan di situs web resmi kampus https://pmb.universitaspertamina.ac.id/.