Kualitas Udara New Delhi Sedikit Membaik setelah Sempat Diselimuti Kabut Tebal karena Polusi

Kualitas udara di Ibu Kota India, New Delhi sedikit membaik setelah sebelumnya diselimuti kabut tebal karena peningkatan polusi. Indeks Kualitas Udara (AQI) New Delhi turun menjadi 303 pada skala 500, turun dari 499 pada minggu lalu. Meski demikian, tingkat AQI saat ini masih menunjukkan kondisi yang sangat buruk, menurut lembaga pemantau pemerintah.

"Kualitas udara perlahan membaik," kata Gopal Rai, Menteri Lingkungan Hidup, Kehutanan dan Pengembangan Satwa Liar dikutip dari . Melihat kondisi itu, Rai mengatakan pemerintah telah mencabut larangan kegiatan konstruksi. "Buruh menghadapi kesulitan, dan itulah sebabnya kami memutuskan untuk melanjutkan kegiatan konstruksi," kata Rai.

Dia mengatakan pihak berwenang akan memantau lokasi konstruksi untuk memastikan bahwa pembangun mengikuti langkah langkah pengendalian debu yang ditetapkan oleh pemerintah. Dalam sebuah wawancara akhir pekan lalu, Rai mengatakan kota itu akan mempertimbangkan untuk membatasi kendaraan pribadi jika polusi udara yang parah terus mengganggu. Pemilik kendaraan pribadi rencananya hanya akan diperbolehkan mengemudi pada hari hari tertentu.

Rai kemudian mengimbau warga untuk menggunakan transportasi umum daripada kendaraan pribadi. Emisi kendaraan berkontribusi pada lebih dari setengah polusi udara New Delhi antara 24 Oktober hingga 8 November, kata Pusat Sains dan Lingkungan awal bulan ini. Lebih lanjut, Rai mengatakan hingga kini pemerintah belum memutuskan kapan sekolah dan kantor akan dibuka.

Rai mengatakan pihak berwenang akan meninjau kualitas udara kota pada 24 November dan kemudian memutuskan apakah akan membuka kembali sekolah dan kantor. "Kami memantau dengan ketat," kata Rai. Diberitakan sebelumnya, Kepala Menteri Delhi Arvind Kejriwal memutuskan untuk meniadakan kegiatan konstruksi selama empat hari, mulai Minggu (14/11/2021), untuk mengurangi debu dari lokasi terbuka yang luas.

Kantor pemerintah diminta beroperasi dari rumah dan bisnis swasta disarankan untuk tetap menggunakan opsi bekerja dari rumah sebanyak mungkin. Selain itu, sekolah ditutup selama satu minggu, sehingga anak anak tidak perlu menghirup udara yang tercemar. "Mulai Senin, sekolah sekolah ditutup sehingga anak anak tidak perlu menghirup udara yang tercemar," kata Kejriwal.

Sementara itu, Mahkamah Agung menyarankan pemberlakukan penguncian polusi di Delhi untuk membantu mengatasi krisis kualitas udara. "Bagaimana kita akan hidup sebaliknya?" kata Ketua Hakim NV Ramana. Delhi menduduki peringkat salah satu kota paling tercemar di dunia, dengan campuran berbahaya dari emisi pabrik dan kendaraan serta asap dari kebakaran pertanian mengubah udaranya menjadi abu abu beracun setiap musim dingin.

Dilansir Times of India, rumah sakit melaporkan peningkatan tajam pada pasien yang mengeluh kesulitan bernapas. Sedikitnya ada 12 14 pasien per hari yang mengeluhkan gangguan tidur dan panik. "Kami mendapatkan 12 14 pasien setiap hari dalam keadaan darurat, kebanyakan pada malam hari, ketika gejalanya menyebabkan gangguan tidur dan panik," kata Dr Suranjit Chatterjee dari Apollo Hospitals.

Pemerintah Delhi telah bersumpah selama bertahun tahun untuk membersihkan udara kota. Pembakaran limbah pertanian di negara bagian tetangga Delhi, yang merupakan penyumbang utama tingkat polusi kota setiap musim dingin, terus berlanjut meskipun ada larangan dari Mahkamah Agung. Puluhan ribu petani di sekitar ibu kota membakar jerami atau sisa tanaman pada awal setiap musim dingin, membersihkan ladang dari padi yang baru dipanen agar dapat menanam gandum.

Jumlah kebakaran lahan pertanian musim ini merupakan yang tertinggi dalam empat tahun terakhir, menurut data pemerintah. Awal tahun ini, pemerintah Delhi membuka menara asap pertamanya yang berisi 40 kipas raksasa yang memompa 1.000 meter kubik udara per detik melalui filter. Instalasi senilai Rp 28 miliar itu mengurangi separuh jumlah partikulat berbahaya di udara tetapi hanya dalam radius 1 kilometer persegi, menurut para insinyur.

Sebuah laporan tahun 2020 oleh organisasi Swiss IQAir menemukan bahwa 22 dari 30 kota paling tercemar di dunia berada di India, dengan Delhi menduduki peringkat ibu kota paling tercemar secara global. Pada tahun yang sama, Lancet mengatakan 1,67 juta kematian disebabkan oleh polusi udara di India pada 2019, termasuk hampir 17.500 di ibu kota. Dalam beberapa pada pekan lalu, sungai yang mengalir melalui Delhi, Sungai Yamuna, juga tersumbat oleh busa putih.

Pemerintah kota telah menyalahkan hal itu pada limbah berat dan limbah industri yang dibuang ke sungai dari hulu lebih jauh.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *